Rabu, 24 Januari 2018

Review Film Dilan 1990


Salah satu film yang aku tunggu-tunggu akhirnya selesai aku tonton. Film yang diadaptasi dari novel best-seller karya Pidi Baiq ini telah banyak dicintai oleh penggemarnya. Sampai ketika, pihak Falcon Pictures yang mengantongi hak cipta dari novel Dilan sempat ramai dibicarakan.
Langsung aja yuk, berikut review dariku setelah menonton filmnya.

Film ini mengambil cerita dari sudut pandang Milea, bagaimana suara hati Milea terhadap Dilan  yang mendekati dirinya dengan cara-cara yang unik. Nggak butuh waktu lama bagi Milea mengenal Dilan yang memang sudah terkenal di sekolah karena jabatan yang dia miliki sebagai ketua salah satu geng motor yang terbesar di Bandung.


Sepanjang film, kita akan melihat bagaimana Milea bercerita tentang dirinya dan Dilan sampai di titik dimana mereka memutuskan untuk Bersama alias berpacaran.

Sebagaimana tanggapan pro dan kontra dari film ini sebelumnya, pada saat trailer film Dilan diluncurkan pun kembali menuai banyak tanggapan miring, termasuk aku. Dialog dalam film Dilan sangat mirip dengan bahasa yang digunakan di novel, sehingga terdengar agak aneh. Akan tetapi, ada satu hal yang terlupakan yaitu konsistensi karakter. Iqbaal yang memerankan Dilan, ternyata berhasil menjaga konsistensi karakternya. Karakter tersebut diciptakan seperti itu ketika ia sedang berbicara dengan Milea. Ketika berbicara dengan teman-temannya yang lain, Dilan juga memiliki “bahasa”-nya sendiri. Bukankah hal ini wajar, ketika seseorang berbicara dengan gaya bahkan bahasa yang berbeda untuk tiap-tiap orang yang diajaknya berbicara, justru disitu letak keunikan Dilan. Kembali ke poin tadi, Dilan berhasil menjaga konsistensi dari karakternya sebagaimana ia konsisten mendekati Milea dengan cara uniknya.


Chemistry antara Dilan dan Milea-pun sangat kuat, dialognya juga cukup kuat dan disampaikan dengan cara yang baik. Akan tetapi sayangnya tidak diimbangi dengan kontruksi adegan yang terasa percuma alias tidak efisien, salah satunya penggambaran dalam meja makan yang hanya untuk memperkenalkan keluarga Dilan, tanpa ada pengembangangan cerita lebih lanjut. Sesekali alur terasa cepat tapi sesekali juga terasa sangat lambat. Film ini memang berhasil membuat saya beranggapan bahwa Dilan dan Milea adalah sepasang kekasih yang unik dan menarik, tapi para karakter pendukung di film Dilan lainnya hanya terasa sebagai pelengkap saja dan tidak terlalu memperkuat bagian cerita dan perkembangan karakter utama kecuali ibunya Dilan yang memiliki peran tersendiri.

Secara artistik film ini cukup detil menggambarkan suasana Bandung di tahun 1990, hanya saja untuk urusan teknis lainnya terasa biasa dan nggak ada yang spesial terutama dari segi sinematografi dan suntingan gambar. Bahkan ada scene dimana film tersebut menggunakan teknologi green screen yang sangat mengganggu. Urusan tata suara dan musik di beberapa bagian cukup meninggalkan kesan, pemilihan lagu yang menggambarkan suasana hati Milea dan Dilan berhasil membawa penonton masuk ke dalam dunia mereka berdua.

Unique, enjoyable, and powerful. Film ini memang jauh dari kata sempurna, dan memang tak ada yang sempurna di dunia ini. Akan tetapi film Dilan 1990 membuat nyaman untuk melihat kisah-kisah romantis dari Dilan dan Milea, kisah cinta yang menggambarkan perlunya konsistensi. Kisah yang mampu membawa kita mengenang masa-masa indah di SMA. Don’t judge the movie before you watch it. Aku ramal film ini akan ditonton lebih dari dua juta penonton. Selamat menonton! :D


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.