Senin, 18 Desember 2017

Review Novel Dilan


Review kali ini aku mau bahas sebuah judul novel yang akhir-akhir ini lagi hits banget judulnya "Dilan" penulis Pidi Baiq. Langsung aja dalam postingan aku ini aku jadikan satu post, ada tiga buku dalam seri dilan ini.
Btw katanya sih ya, tokoh Milea pada buku ini ada aslinya dan cerita ini diambil dari kisah nyata remaja SMA di Tahun 1990-an, Namun entah kenapa cara berbicara tokoh-tokohnya nggak menyiratkan tahun 90-an, menurutku pribadi... nggak ada istilah-istilah 90-an yang dipakai, padahal awalnya aku kira bakalan membaca buku yang banyak istilah remaja 90-an. Tapi justru lebih ke jaman sekarang, atau emang Pidi Baiq menyesuaikan dengan jaman sekarang. Meski begitu, mengena banget ceritanya. Aku suka karena ada ilustrasinya juga, dan ilustrasinya itu khas 90-an banget. Aku juga suka puisi-puisi yang dibuat Dilan, puisinya khas puisi Dilan, jadi nggak menye-menye banget, lucu, tapi mengena di hati.



1. Dilan (1990)

Di buku ini kita jadi tahu sudut pandang Milea, karena dia membeberkan semuanya. Dia yang nggak suka dengan geng motor yang menurutku alasanya memang masuk akal, tapi dia juga memberikan alasan lain kalau misal ada yang nggak setuju dengannya. Jadi berasa kayak ngobrol sama Milea.
Buku ini selesai aku baca dengan akhir cerita yang bikin senyum ini nggak mau lepas dari bibir, karena akhirnya mereka jadian dan jalan-jalan meski Dilan kudu bertengkar hebat dulu sama Anhar karena Anhar sudah berani nampar Milea. Aw, so sweet banget Dilan, aku suka gayamu.

2. Dilan (1991)

Jadi disini Dilan serasa dikekang sama Milea, jadi disini semua pemikiran mereka nggak selaras lagi, dan akhirnya mereka berpisah. Yang membuatku sebagai pembaca merasa gemas adalah ketika Dilan nggak lagi mencoba menghubungi Milea lagi, padahal Milea seringkali menghubungi Dilan. Meski saya maklumi juga dengan apa yang dilakukan Dilan, tapi saya toh juga merasa gemas ketika akhirnya Milea kembali ke Jakarta dan memilih orang lain di tempat kuliahnya untuk menjadi kekasihnya hanya demi melupakan Dilan. Meski Dilan masih belum mempunyai kekasih saat itu, dan masih memikirkan Milea. Tetapi mereka justru bertemu saat reuni, mengobrol lagi ketika Milea sudah mempunyai tunangan. Ah, itulah jodoh, misterinya justru terungkap di akhir cerita. Milea dan Dilan nggak ditakdirkan berjodoh, meski sempat merencanakan segalanya.

3. Milea

Di buku ketiga ini karena memang seperti hanya berisi klarifikasi dari Dilan dan pelengkap cerita Milea yang kurang-kurang, sehingga semua puzzle atau pertanyaan-pertanyaan yang muncul terjawab di Buku ketiga. Seandainya buku ketiga nggak muncul pun, menurutku Buku 1 dan 2 sudah benar-benar mengena di hati, sehingga pertanyaan yang nggak terjawab tentang kehidupan Dilan dan Milea lebih lanjut memberi kesan misterius, dan aku pribadi lebih suka cerita yang seperti itu seakan-akan mengajak pembaca untuk berimajinasi sendiri bagaimana kehidupan mereka selanjutnya. Tapi, dengan adanya buku ketiga kita seperti diajak untuk lebih bersikap bijak dalam mencerna cerita Dilan dan Milea, memaklumi atas apa yang telah terjadi, memaklumi keputusan-keputusan remaja. Aku juga pernah remaja, dan aku maklum. Toh, yang namanya jodoh nggak bisa dipaksa.

Kesimpulan:
Buat yang sudah beli Dilan 1990, wajib beli Dilan 1991 dan untuk kalian yang belum pernah baca Novel ini sama sekali beli ajalah, bagus kok untuk nostalgia masa sekolah, wajib beli langsung dua ya, kalo bisa beli yang banyak buat dibagiin ketemen-temen kalian yang belum baca hahaha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.