Senin, 01 Mei 2017

Makanan Ekstrim

Mangga Besar adalah salah satu area di Jakarta yang keadaan siang dan malam harinya berbeda. Siang hari layaknya jalan pada umumnya dengan aktivitas anak sekolah dan orang kantoran. Malam hari berubah menjadi jajaran penjual duren, penjual kwetiauw dan yang paling penting, penjual obat kuat + darah ular (Hah!!)

Saking menariknya daerah ini, jadi teringat dulu tugas kampus aku menganalisis keadaan Mangga Besar. Tapi yang mau aku bahas di sini bukan tugas kampus aku melainkan kuliner ekstrim yaitu minum darah ular dan makan sate ular. Hiiiyy....

Teman aku kebetulan datang dari Australia dan kami ajak berkunjung ke sini untuk makan kwetiauw. Sekali lagi, untuk makan kwetiauw. Entah bagaimana setelah makan kwetiauw, dia tertarik untuk mencoba darah ular dan makan sate ular.

Proses pengulitan ular diperhatikan oleh teman aku dengan seksama dan difoto satu demi satu, tidak semua fotonya aku tampilkan di sini karena mengerikan. Bisa menghilangkan nafsu makan, haha...
Berikut ini fotonya, cekidot...



Lalu teman aku meminum darah ular tersebut yang ternyata tidak seperti rasa darah/bau darah pada umumnya karena sudah dicampur dengan arak. Apa sih fungsi meminum darah ular? Sebagian besar orang tahunya untuk meningkatkan gairah, ternyata lebih dari itu, darah ular berkhasiat untuk kulit namun tetap saja kita tidak boleh sering-sering meminumnya karena memiliki dampak buruk bagi kesehatan.

Setelah minum darah ular, badan ular akan dijadikan sate dan temanku memakannya. Kebetulan aku tidak mencoba baik darah maupun daging satenya jadi tidak bisa berkomentar.



Iseng-iseng aku nanya ke abang penjualnya dia bilang:

“Sate ular ini biasanya dimakan sebagai syarat saja. Ada juga pembeli yang tidak mau makan sate kobra, mereka hanya minum darah dan empedunya. Dagingnya biasa kita buat sate dan dijual Rp800 per tusuk,”

Abang ini sudah berjualan ular kobra dan trenggiling di kawasan Mangga Besar dari tahun 1984 (lama juga yaa..), setiap harinya dia bisa menjual minimal 10 ular kobra dalam berbagai ukuran dengan harga bervariasi. Untuk ular kobra biasa, berukuran kecil, harganya dipatok Rp25.000 per ekor. Sedangkan untuk King Cobra, dihargai Rp750.000 per ekor.

“Untuk trenggiling, harganya dihitungnya per kilogram, dimana per kilogramnya kita jual Rp110.000. Minimal sehari saya bisa menjual 10 ekor kobra. Nah, kalau pas musim liburan panjang dan banyak turis Taiwan datang ke sini, saya bisa jual banyak. Mereka senang melahap ular kobra, baik di sup maupun dibuat sate,” kata abangnya lagi.
Gimana berani coba? hihihi.. :D


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.